Minggu, 31 Oktober 2010

EBC (E-Commerce & E-Business)






EBC = E-Commerce + E-Business


E-Commerce

E-commerce atau dalam bahasa indonesia perdagangan elektronik adalah penyebaran, pembelian, penjualan, pemasaran barang dan jasa melalui sistem elektronik seperti internet atau televisi, www, atau jaringan komputer lainnya. E-commerce dapat melibatkan transfer dana elektronik, pertukaran data elektronik, sistem manajemen inventori otomatis, dan sistem pengumpulan data otomatis.

Sejarah e-commerce
Electronic Commerce telah ada dalam berbagai bentuk selama lebih dari 20 tahun. Teknologi yang disebut denganElectronic Data Interchange (EDI) dan Electronic Funds Transfer (EFT) pertama kali diperkenalkan pada akhir tahun 1970-an. Pertumbuhan penggunaan kartu kredit, Automated Teller Machines dan perbankan via telepon ditahun 1980-an juga merupakan bentuk-bentuk Electronic Commerce.
Dimasa lalu, dunia bisnis bisa melakukan aktivitas antara satu dan lainnya melalui jaringan khusus tapi pertumbuhan drastic dari internet telah merubah paradigm tersebut dan akhirnya menjadikannya lebih luas. Electronic Commerce tradisional saat ini bisa dilakukan oleh pendatang baru dengan skala international.
E-commerce pertama kali diperkenalkan pada tahun 1994 pada saat pertama kali banner-elektronik dipakai untuk tujuan promosi dan periklanan di suatu halaman-web (website). Menurut Riset Forrester, perdagangan elektronik menghasilkan penjualan seharga AS$12,2 milyar pada 2003. Menurut laporan yang lain pada bulan oktober 2006 yang lalu, pendapatan ritel online yang bersifat non-travel di Amerika Serikat diramalkan akan mencapai seperempat trilyun dolar US pada tahun 2011.

Hubungan antara E-business dengan e-commerce terletak pada transaksi komersialnya, seperti : transfer dana secara elektronik, SCM (Supply Chain Management), pertukaran data elektronik, pemrosesan transaksi online dan masih banyak lagi.

Sebenarnya e-commerce merupakan bagian dari e-business dimana cakupan dari e-business lebih luas, tidak sekedar perdagangan namun juga pengkolaborasian mitra bisnis, pelayanan nasabah, lowongan pekerjaan dll. Untuk membangun sebuah e-commerce tidak hanya membutuhkan jaringan internet saja melainkan database, email, dan bentuk non komputer lain seperti halnya sistem pengiriman barang dan alat pembayaran untuk e-commerce.

E-Busines

E-business atau dalam bahasa indonesia adalah bisnis elektronik adalah kegiatan bisnis yang dilakukan secara otomatis atau semiotomatis dengan menggunakan sistem informasi komputer. Istilah ini pertama dipopulerkan oleh CEO dari perusahaan IBM Lou Gerstner. E-business memungkinkan suatu perusahaan untuk berhubungan dengan sistem pemrosesan data internal dan external mereka secara lebih efisien dan fleksibel.


Perbedaan e-commerce dan e-business
E-Commerce dan E-Bisnis adalah dua hal yang sama sekali berbeda namun sayangnya kebanyakan dari kita selalu menukar penggunaannya. Alasan di balik penggunaan yang salah ini terletak pada arti dari "bisnis" dan "commerce" dalam bahasa Inggris. Tetapi terdapat perbedaan antara e-commerce dan e-bisnis.

Ada banyak orang bijak memahami perbedaan antara keduanya dan selalu ada sebuah perdebatan antara kedua kelompok tentang perbedaan dan persamaan antara e commerce dan e bisnis.

Perbedaan antara keduanya adalah sebagai berikut:
1. E-Commerce adalah bagian dari E-Bisnis. Jika Anda mengingat diagram Venn ketika belajar di sekolah, maka anda dapat dengan baik memahami apa saya sampaikan. Bagian yang satu adalah konsep yang sangat luas, sedangkan satunya hanyalah satu bagian kecil dari itu. Hubungan ini akan dihapus pada poin berikutnya.
2. Kegiatan yang pada dasarnya melibatkan transaksi keuangan diistilahkan sebagai "e commerce". Namun, e bisnis adalah istilah yang lebih luas. Ada banyak hal-hal lain selain menjual, meski pemasaran termasuk didalamnya, termasuk pengadaan bahan baku atau barang, pelanggan pendidikan, mencari supplier dan lain sebagainya.
3. Untuk berjualan secara online adalah e-commerce, namun untuk membawa dan mempertahankan pelanggan dan mendidik secara online tentang produk atau layanan termasuk e bisnis. Memiliki sebuah website untuk melakukan hal itu tidaklah cukup.
Tapi, membuat situs profesional yang dibangun dengan teknologi terbaru untuk menangkap perhatian pengunjung dan memenangkan apresiasi, maka itulah yang diperlukan. Bila uang yang terlibat, maka hal pertama yang pengguna cari adalah keselamatan dan keamanan yang menggunakan uang. Memiliki sebuah website dengan kualitas yang baik sangatlah penting.
4. Ketika Dell menjual komputer, laptop, monitor, printer, aksesoris dan lain sebagainya secara online, maka ini bukan lagi e commerce tetapi e bisnis. mengapa saya katakan demikian. Bila pengunjung datang pada website, hal pertama yang ia lakukan adalah melihat desain website dan melakukan navigasi, serta hal-hal yang akan membantu dia menemukan apa yang dia inginkan.
Dan, jika ia langsung menemukan pada halaman ia cari, ia akan mencari informasi yang berkaitan dengannya. Informasi yang diberikan harus menarik dan menghilangkan keraguan bagi pengunjung, yang mengubahknya menjadi seorang klien. Hingga saat ini tidak ada uang yang telah ditukarkan atau diperbincangkan. Jadi, apakah ini adalah e-commerce? Bukan, ini adalah e bisnis yang memandu para pengunjung.
5. E-Commerce juga telah ditetapkan sebagai proses yang meliputi menarik pelanggan, pemasok dan mitra eksternal, sementara e bisnis meliputi internal seperti proses produksi, manajemen inventaris, pengembangan produk, manajemen risiko, keuangan dan lain sebagainya.
Secara keseluruhan, e commerce dapat digambarkan sebagai penggunaan internet dan Web untuk transaksi bisnis. Lebih formalnya, secara digital memungkinkan terjadinya transaksi komersial antara organisasi dan individu.
Di sisi lain, e bisnis dapat digambarkan sebagai proses digital yang memungkinkan proses transaksi dalam perusahaan, melibatkan sistem informasi di bawah kontrol yang kuat. Selain itu, aplikasi e bisnis bisa turun menjadi e commerce ketika sebuah pertukaran nilai terjadi.

SII (Strategy of Information Integration)


METODOLOGI SEBAGAI BAHASA BERSAMA
Dengan mempelajari sejumlah ilmu perilaku organisasi, jalan buntu politisasi tersebut dapat dipecahkan dengan menggunakan sebuah metodologi yang disusun berdasarkan fenomena resistensi yang kebanyakan disebabkan karena hal-hal sebagai berikut:
o Ego sektoral organisasi yang sangat tinggi sehingga menutup kemungkinan untuk mau diatur atau bekerjasama dengan organisasi lain (kecuali jika yang bersangkutan menjadi pemimpin konsorsium);
o Anggapan bahwa sistem informasi merekalah yang terbaik dibandingkan dengan yang dimiliki oleh pihak-pihak mitra lainnya;
o Konteks kepentingan yang berbeda pada setiap organisasi sehingga sulit dicari titik temu yang memungkinkan untuk melakukan integrasi secara cepat;
o Berebutan untuk menjadi pimpinan tim integrasi dalam sebuah konsorsium kerja sama;
o Ketidakinginan untuk saling membagi data, informasi, maupun pengetahuan yang dimiliki karena akan dianggap mengurangi keunggulan kompetitif individu maupun organisasi;
o Ketidaktahuan harus memulai usaha integrasi dari mana sehingga kondusif untuk dilakukan sejumlah pihak terkait; dan lain sebagainya.

Pendekatan dimaksud adalah dengan menggunakan metodologi yang menekankan pada evolusi pelaksanaan enam tahap integrasi seperti yang dijelaskan berikut ini.
GAMBAR: EVOLUSI STRATEGI INTEGRASI

Dalam bidang bisnis untuk memaksimalkan informasi yang didapat adalah dengan menyusun sebuah strategi yang terintegrasi untuk informasi yang ada.


Tahap I: Eksploitasi Kapabilitas Lokal
Pada tahap pertama ini, yang perlu dilaksanakan adalah melakukan pengembangan maksimal terhadap kapabilitas sistem informasi masing-masing
organisasi.

Tujuan dari dilakukannya tahap ini adalah untuk memahami secara sungguh-sungguh batasan maksimal kemampuan sistem informasi dalam menghasilkan kebutuhan manajemen strategis dan operasional organisasi yang bersangkutan – baik dilihat dari segi keunggulannya maupun keterbatasannya. Hasil kajian ini sangatlah berguna untuk tahapan selanjutnya, terutama nanti dalam melihat cara-cara mengatasi keterbatasan masingmasing sistem informasi terkait.

Adanya tahap ini juga bermanfaat bagi mereka yang selama ini belum tahu benar mengenai karakteristik dan spesifikasi sistem informasi yang dimiliki untuk dapat lebih mengerti kapabilitas kemampuan sistem yang sebenarnya. Aktivitas eksploitasi yang dimaksud dapat hanya merupakan sebuah kajian atau simulasi analisa belaka atau benar-benar dilakukan pengembangan sistem yang dimaksud. Berbagai pendekatan teori manajemen dapat dipakai untuk membantu proses eksploitasi ini, seperti misalnya : SWOT, risk assessment, gap analysis, value assessment, dan lain sebagainya. Esensi keluaran (baca: outcome) dari tahap ini adalah pemahaman akan keunggulan dan keterbatasan sistem informasi yang dimiliki organisasi dalam hal memenuhi visi dan misi organisasi yang bersangkutan maupun dalam kaitannya dengan kebutuhan organisasi mitra lainnya yang diajak bekerjasama.

Tahap II: Lakukan Integrasi Tak Tampak
Setiap kerjasama atau kolaborasi dua atau lebih organisasi kerap mendatangkan kebutuhan baru. Dan ketika kebutuhan bersama ini muncul, seringkali tidak dapat dipenuhi oleh sebuah sistem informasi yang dimiliki salah satu anggota konsorsium. Karena Tahap I yaitu kajian kapabilitas sudah dilakukan, tidak akan ada satu organisasi pun yang berani ”berbohong” atau ”membual” bahwa hanya sistem informasinyalah yang dapat menyediakan kebutuhan kerjasama konsorsium.

Pada saat kebutuhan baru ini berhasil didefinisikan secara jelas, masing-masing organisasi melalui CIO-nya (CIO = Chief Information Officer) – atau personal dengan otoritas tertinggi di bidang sistem informasi – berkumpul dan berdiskusi bersama untuk mencari jalan keluar pemenuhan kebutuhan yang ada. Secara tidak langsung, dalam proses ini, cetak biru arsitektur masing-masing sistem informasi dapat mulai saling diperkenalkan dan dipertukarkan.

Jika hal ini berhasil dilakukan, maka tahap yang tersulit dalam integrasi, yaitu duduk bersama untuk memikirkan kepentingan yang lebih besar berhasil dilalui. Pada saat inilah sebenarnya hakekat ”integrasi” telah dilakukan. Secara teknis yang biasa dihasilkan adalah ide-ide solusi dalam bentuk penambahan sejumlah entitas atau komponen sebagai jembatan antara satu sistem dan sistem lainnya tanpa harus merusak masingmasing sistem informasi yang telah dianggap baik bekerja oleh setiap organisasi yang ada. Artinya adalah bahwa secara vertikal, masing-masing sistem informasi tetap melayani setiap organisasi terkait, sementara secara horisontal telah dilakukan proses integrasi melalui penambahan komponen-komponen baru hasil diskusi beragam organisasi yang terlibat (misalnya: interface, middleware, application integration system, database clearing house, dsb.). Keluaran sesungguhnya dalam tahap ini adalah kepercayaan dan kesadaran akan perlunya kerjasama untuk memecahkan solusi.

Tahap III: Kehendak Berbagi Pakai
Ketika skenario pada tahap kedua telah berjalan dengan baik (baca: efektif), langkah berikutnya adalah melakukan evaluasi seberapa efisien dan optimum solusi tersebut berhasil dibangun terutama dalam kaitannya dengan pemanfaatan beraneka ragam sumber daya organisasi. Tentu saja efisiensi dan optimalisasi tertinggi belum terlihat dalam solusi tersebut karena dibangun dengan paradigma ”tidak mengganggu” masing-masing sistem informasi. Sekali lagi para CIO akan berkumpul dan melihat bahwa banyak peluang untuk meningkatkan kinerja solusi yang dihasilkan jika dan hanya jika adanya ”sharing” atau pola berbagi pakai antar sumber daya teknologi informasi yang dimiliki masing-masing organisasi. Dalam konteks inilah mulai terlihat adanya tawaran untuk misalnya menggunakan server dari organisasi A, aplikasi dari organisasi B, database dari organisasi C, jaringan dari organisasi D, dan lain sebagainya. Semua itu terjadi sebagai dampak kehendak untuk mencari solusi yang terbaik, sehingga seluruh CIO merasa tertantang intelejensianya dalam menghasilkan sistem yang dimaksud. Keluaran terpenting dari tahap ini adalah
mulai bergesernya pemikiran-pemikiran yang didominasi oleh faktor emosional ke ide-ide brilian yang dipandu oleh pemikiran rasional.

Tahap IV: Redesain Arsitektur Proses
Mencari solusi dengan berbekal berbagi pakai sumber daya biasanya dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pemilik kepentingan internal (baca: internal stakeholder). Ketika konsorsium organisasi tersebut harus berurusan dengan pemenuhan kebutuhan pemilik kepentingan eksternal, seperti misalnya pelanggan atau publik, maka proses yang cepat, berkualitas, dan murah adalah yang menjadi dambaan mereka. Hal tersebut tidaklah mungkin terjadi jika secara lintas organisasi tidak dilakukan aktivitas redesain proses.

Di sinilah tahap penentu integrasi diuji kembali, karena yang akan terlibat tidak sekedar para CIO, melainkan pimpinan nomor satu dari masing-masing organisasi. Kegiatan kolaborasi ini akan efektif jika bermula dari akhir, dalam arti kata menggunakan kebutuhan pemegang kepentingan akhir (yaitu pelanggan atau publik) sebagai target solusi redesain. Dengan berpegang pada konsep dan teori BPR (= Business Process Reengineering) sejumlah usaha untuk melakukan eliminasi, simplifikasi, integrasi, dan otomatisasi proses akan dilakukan. Hal yang perlu diperhatikan di sini adalah semangat kolaborasi antar CIO yang harus ditularkan ke para pimpinan organisasi.

Biasanya yang dilakukan adalah para CIO melakukan kajian terlebih dahulu, dan mendesain arsitektur proses baru (baca: tentatif) yang dipresentasikan kepada para pimpinan dengan sebuah pesan penting yaitu desain terkait dapat dan mungkin diterapkan oleh beragam organisasi tersebut. Keluaran dari tahap terberat ini adalah kesepakatan untuk melakukan kolaborasi secara lebih jauh, yaitu dengan memperhatikan nilai (atau value) dari pemegang kepentingan utama dari seluruh organisasi yang berkolaborasi. Ragam proses baru inilah yang akan menjadi cikal bakal atau embrio arsitektur sebuah sistem informasi terintegrasi yang dimaksud, yang merupakan penjelmaan ”secara tidak sadar” kumpulan sistem informasi organisasi beragam yang ada.

Tahap V: Optimalkan Infrastruktur
Rancangan beraneka ragam proses baru yang dihasilkan pada tahap sebelumnya tidaklah akan berjalan secara efektif, efisien, optimal, dan terkontrol dengan baik apabila secara fundamental tidak dilakukan penyesuaian terhadap infrastruktur organisasi yang ada – dalam hal ini adalah arsitektur sistem informasi terintegrasi yang dimiliki. Dalam kaitan inilah maka optimalisasi sistem informasi terintegrasi yang bercikal bakal pada masing-masing sistem informasi organisasi akan menghasilkan sebuah sistem dengan komponen-komponen lengkapnya seperti: perangkat keras, perangkat lunak, infrastruktur jaringan, sumber daya manusia, sistem database terpadu, dan lain sebagainya.

Perlu diperhatikan bahwa proses optimalisasi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pemegang kepentingan utama dengan batasan (baca: contraint) tetap dijaganya kinerja masing-masing sistem informasi untuk melayani organisasi yang ada secara vertikal. Keluaran dari tahap optimaliasi ini adalah sebuah sistem informasi terpadu yang dapat bekerja secara efektif melayani kepentingan vertikal maupun horisontal. Dan tentu saja yang tidak kalah pentingnya, yaitu semakin eratnya relasi antar organisasi yang berkolaborasi setelah melewati sejumlah tahap sebelumnya.

Tahap VI: Transformasi Organisasi
Tahap terakhir yang akan dicapai sejalan dengan semakin eratnya hubungan antar organisasi adalah transformasi masing-masing organisasi. Transformasi yang dimaksud pada dasarnya merupakan akibat dari dinamika kebutuhan lingkungan eksternal organisasi yang memaksanya untuk menciptakan sebuah sistem organisasi yang adaptif terhadap perubahan apapun.


Fenomena Integritas Sistem Informasi
Tuntutan globalisasi dan persaingan bebas serta terbuka dewasa ini secara langsung telah memaksa berbagai organisasi komersial seperti perusahaan maupun non komersial seperti pemerintah untuk menata uang platform organisasinya.

Dalam konteks ini, berbagai inisiatif strategi ditelurkan oleh sejumlah praktisi organisasi yang masing-masing mengarah pada keinginan berkolaborasi atau berkooperasi untuk menyusun kekuatan dan keunggulan baru dalam bersaing (baca: coopetition = collaboration to compete). Terkait dengan hal ini, sejumlah fenomena yang menggejala akhir-akhir ini antara lain:

· Terjadinya merger dan akuisisi antar dua atau sejumlah organisasi dalam berbagai industry vertikal, seperti: perbankan, asuransi, manufaktur, pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya.
· Restrukturisasi korporasi yang dilakukan dengan mengubah pola relasi antar anak-anak perusahaan dalam sebuah konsorsium grup usaha;
· Strategi kerjasama berbagai institusi pemerintah secara lintas sektoral untuk meningkatkan kinerja birokrasi;
· Tuntutan berbagai mitra usaha dalam dan luar negeri untuk meningkatkan kualitas aliansi dan kolaborasi; dan lain sebagainya.

Adanya berbagai fenomena tersebut secara tidak langsung memberikan dampak bagi manajemen organisasi, terutama dalam kaitannya dengan pengelolaan sumber dayanya masing-masing. Beragam tuntutan yang bermuara pada keinginan untuk ”mengintegrasikan” secara fisik maupun relasi
dua atau lebih organisasi tersebut bermuara pada kebutuhan melakukan upaya ”sharing” sejumlah sumber daya data dan informasi (maupun pengetahuan) yang dimiliki sesama organisasi.

Artinya adalah bahwa, dua atau lebih sistem informasi yang ada harus diupayakan untuk ”diintegrasikan”. Terkait dengan hal ini, pengalaman membuktikan bahwa proses tersebut tidaklah sesederhana yang dipikirkan. Lamanya proses integrasi dan sering kandasnya usaha tersebut menggambarkan tingkat kesulitan atau kompleksitas usaha integrasi yang dimaksud. Banyak kalanagan praktisi menilai bahwa masalah utama yang dihadapi bukanlah karena kendala teknis, namun lebih banyak didominasi oleh hal-hal yang non teknis (baca: politik organisasi). Tidak banyak pihak yang mampu mencari jalan keluar dalam menghadapi kenyataan ini.



Social Network Business




SOSIAL NETWORKING BUSSINES (jejaring sosial)

I. Sejarah Social Network Business
Awal jejaring sosial di World Wide Web dimulai dalam bentuk komunitas online umum seperti Theglobe.com (1994), Geocities (1994) dan Tripod.com (1995). Banyak pengguna awal komunitas ini fokus pada membawa orang untuk berinteraksi dengan satu sama lain melalui chat room, dan didorong untuk berbagi informasi pribadi dan ide-ide melalui halaman web pribadi dengan menyediakan publishing tools yang mudah digunakan dan ruang web gratis atau murah. Beberapa komunitas - seperti Classmates.com - mengambil pendekatan yang berbeda dengan hanya memiliki link orang satu sama lain melalui alamat email. Pada akhir 1990-an, profil pengguna menjadi fitur utama dari situs jejaring sosial, memungkinkan pengguna untuk menyusun daftar "teman" dan mencari pengguna lain dengan minat yang sama.

Potensi jaringan komputer untuk memfasilitasi bentuk-bentuk baru dimediasi interaksi sosial-komputer disarankan sejak dini. Upaya untuk mendukung jejaring sosial melalui komunikasi komputer yang dimediasi dibuat dalam banyak layanan online dini, termasuk Usenet , ARPANET , LISTSERV , dan buletin papan jasa ( BBS ). Banyak fitur prototipikal situs jejaring sosial juga hadir dalam layanan online seperti America Online, Prodigy , dan CompuServe.

Sosial metode jaringan baru dikembangkan pada akhir 1990-an, dan banyak situs mulai mengembangkan fitur yang lebih lanjut bagi pengguna untuk mencari dan mengelola teman-teman. ni generasi baru situs jejaring sosial mulai berkembang dengan munculnya Friendster pada tahun 2002 , dan segera menjadi bagian dari mainstream Internet. Friendster diikuti oleh MySpace dan LinkedIn setahun kemudian, dan akhirnya, Bebo . Membuktikan peningkatan pesat dalam 'popularitas situs jejaring sosial, pada tahun 2005, MySpace dilaporkan mendapatkan tampilan halaman lebih dari Google . facebook diluncurkan pada tahun 2004, sejak menjadi situs jaringan sosial terbesar di dunia.
Hari ini, diperkirakan bahwa sekarang ada lebih dari 200 situs aktif menggunakan berbagai model jaringan sosial.

Jaringan sosial adalah sebuah layanan yang diberiakan oleh website seperti email dengan kelebihan pemilik account dapat memiliki sebuah halaman pribadi yang disebut profil dan dapat menampilkan list teman-teman di layanan itu kepada teman yang lain, dapat saling mengisi halaman pribadi satu sama lain dan dapat menemukan teman-teman baru dengan mudah di seluruh dunia.

Kemajuan ilmu dan teknologi khususnya komputer mampu meningkatkan kesejahteraan hidup manusia dan disisi lain dapat pula menyesatkan. Berbagai media pun bermunculan di Internet, dengan tujuan membantu semua orang untuk berkomunikasi dan bersosialisasi dengan lebih mudah. Online messenger seperti Yahoo Messenger dan sebagainya pun mulai bermunculan. Berbagai ide lain pun dikembangkan, sehingga lahirlah sebuah layanan baru di di dunia Internet yang bernama ‘Jaringan Sosial’.

Jenis layanan ini pun kemudian berkembang dengan pesat, puluhan website sejenis dengan kapasitas pengguna sangat besar mulai lahir di Internet, sebut saja Friendster, My Space, Hi-5, Orkut, Facebook, Temanster, dan Ngeceng.com yang secara menyeluruh menggunakan bahsa Indonesia.

II. Manfaat

Internet dan teknologi pada dasarnya dikembangkan manusia untuk kepentingan manusia sendiri, salah satu tujuan besarnya adalah untuk mempermudah manusia untuk melakukan segala jenis tugas maupun pekerjaannya. Dan itu pulalah yang menjadi tujuan para pendiri http://friendster.com yang kebanyakan tinggal di Amerika. Mereka memberikan fitur yang dipercaya akan mempermudah seorang pengguna dapat:

  • Mengisi informasi berkenaan dengan diri mereka.

Para pengguna Friendster dapat mengisikan informasi tentang diri si pemilik account sesuka pemilik account tersebut, mereka dapat mengisikan tentang status, perusahaan tempat bekerja, pekerjaan, sekolah, hobi dan kesukaan, buku, musik, film dan acara TV kesukaan di fitur Edit Profile.

  • Membuat halaman pribadi yang indah dengan sangat mudah.

Tentunya para pemilik account Friendster ingin memiliki tampilan indah dan menarik di halaman pribadi mereka atau dalam Friendster sering disebut Profile. Profile atau halaman pribadi dapat diedit dengan menggunakan fitur Edit Profile yang di dalamnya terdapat beberapa bagian yang memungkinkan pemilik account untuk mengubah background halaman pribadi mereka dengan foto atau gambar yang mereka mau dan dapat pula menambahkan video ataupun musik dari internet.

  • Mendapatkan teman dengan lebih mudah dan cepat.

Pada dasarnya semua Jaringan Sosial bertujuan agar mempermudah semua orang untuk dapat berinteraksi tanpa mengenal jarak dan waktu, dengan banyaknya anggota Friendster maka semakin mudah pula para pemilik account Friendster dapat mencari teman-teman baru sesuai keinginan mereka.

  • Melihat horoskop terbaru.

Horoskop merupakan sebuah fitur baru di Friendster yang dapat diakses oleh setiap anggota Friendster dan fitur horoskop ini setiap hari berubah.

  • Mengirimkan pesan pribadi kepada teman dengan lebih mudah dan gratis.

Di zaman modern seperti sekarang ini semua orang membutuhkan semua hal prosesnya cepat dan mudah, Frienster menyediakan fitur Message untuk para anggotanya agar dapat saling berkirim pesan dengan mudah.

  • Menulis pengalaman atau cerita atau berbagai hal lainnya untuk di share kepada para teman secara lebih mudah.

Friendster memiliki beberapa fitur yang dapat digunakan untuk menulis pengalaman atau cerita seoarang pemilik account, yaitu menggunakan fitur Bulletin Board, Reviews, Blogs, Messages, dan Comments.

  • Bahkan untuk mengingatkan ulang tahun teman pun, Friendster telah memberikan fitur yang sangat mudah dan otomatis (tanpa kita perlu mengetikkan informasi apapun, namun

akan mengambil dari informasi tanggal lahir yang temankita taruhdi halaman pribadi meraka masing-masing.

Berikut ini adalah fitur yang terdapat pada tombol “My Profile” dan “My Connection”.

  • Edit Profile
  • Photos
  • Reviews
  • Blogs
  • Featured Friends
  • Video
  • Bulletin Board
  • Friends
  • School
  • I’m a fan of…
  • Bookmarks
  • Groups

Dan ada pula fitur yang ada di Friendster belum lama yaitu fitur Shoutout, fitur ini disediakan bagi para pengguna Friendster yang pada dasarnya untuk menunjukkan mood si pemilik account atau sejenisnya pada saat itu, misalnya untuk menunjukkan si pemilik account sedang sedih ataupun senang.

II. Dampak Negatif

Pada dasarnya website-website penyedia layanan jaringan sosial seperti Friendster dan yang lainya memiliki banyak kesamaan manfaat hanya saja para penyedia layanan membedakan nama-nama fiturnya saja, dan pasti ada pula dampak-dampak negatif yang diakibatkan dari layanan tersebut.

Berikut ini adalah dampak-dampak negatif yang dapat terjadi apabila seseorang memiliki account di jaringan sosial.

  • Menajadikan pengguna layanan jaringan sosial menjadi malas bersosialisasi secara langsung.

Tanpa disadari semua benda ciptaan manusia yang berguna untuk mempermudah manusia dalam melakukan semua pekerjaan manusia pasti akan membuat manusia semakin malas dari hari ke hari. Sekarang ini semua orang menginginkan semua hal dapat didapat secara instan, dan hal inilah yang menjadikan berubahnya kultur bangsa ini yang dulu dikenal sebagai bangsa yang lembut dan sabar sekarang telah mulai berubah bahkan sekarang ini telah mulai muncul budaya yang tidak menganggap penting suatu hal yang disebut proses, semua sekarang ini kebanyakan orang hanya berorientasi pada hasil.

Dengan adanya jaringan sosial yang semakin marak akhir-akhir ini membuat masyarakat semakin mudah dalamberinteraksi satu sama lain tanpa mengenal jarak dan waktu, hal ini pulalah yang akhirnya mengakibatkan manusia malas untuk berinteraksi secara langsung

dengan orang lain karena dengan adanya layanan jaringan sosial manusia tidak dituntut untuk dapat bertemu dengan langsung

  • Memberikan dampak negatif untuk kesehatan.

Sebenarnya tidak hanya jaringan sosial saja yang mengakibatkan dampak negatif bagi para penggunanya karena yang mengakibatkan adalah alat yang digunakan manusia untuk dapat mengakses layanan tersebut yaitu komputer.

Banyak pengguna komputer yang mengabaikan dampak penggunaan komputer terhadap kesehatan mereka, baik kesehatan mata dan bagian tubuh lainnya yang mungkin akan menjadi terganggu karena menggunanakan komputer dengan waktu yang cukup lama.

Penggunaan perangkat komputer yang mengabaikan posisi-posisi yang baik dan penempatan perangkat yang baikpun menjadi faktor penyebab seoarang pengguna komputer dapat terganggu kesehatannya. Contohnya saja penggunaan komputer yang terlalu lama dan mengabaikan posisi yang baik akan menyebabkan badan menjadi pegal-pegal, penggunaan monitor CRT dapat menyebabkan intensitas cahaya yang cukup tinggi untuk diterima oleh mata, bahkan penggunaan mouse sekalipun dapat menimbulkan bahaya bagi otot-otot tubuh dan bisa pula menimbulkan benjolan yang nyeri dan pada tahap akhir bisa menjadi kista ganglion di sekitar sendi dan sepanjang urat tangan.

  • Menjadi korban kejahatan di Internet.

Ini adalah dampak yang sering kali diabaikan oleh para pengguna layanan jaringan sosial khususnya Friendster. Karena tak jarang kebanyakan dari para pengguna layanan ini tergolomg “awam” dalam berinternet. Oleh karena itu tingkat kewaspadaan mereka, serta kesadaran akan keamanan informasi masih sangat minim.

Karena banyaknya pengguna layanan Friendster, serta beragamnya para pengguna itu sendiri dari berbagai macam lapisan masyarakat, anak muda, keluarga, dan lain sebagainya, yang tentunya tidak semua dari mereka sadar dan mengerti akan pentingnya keamanan informasi.

Jumlah pengguna yang sangat besar serta beragamnya latar belakang yang ada dari masing-masing individu pengguna Friendster sangat memungkinkan menjadi “Kumpulan Mangsa” bagi para penyerang.

Para penyerang itu sendiri pastilah juga para pengguna Friendster. Dengan menggunakan trik tertentu mereka dapat menjebak sesama pengguna Friendster dengan memanfaatkan fitur yang ada pada Friendster itu sendiri. Tetapi tidak menutup kemungkinan juga para pelakunya adalah orang yang tidak terdaftar dalam Friendster, mereka hanya membuka Friendster untuk melihat profil korban dan memanfaatkan informasi yang ada dalam profil korban untuk digunakan melakukan penyerangan ke layanan lain yang dinilai peting seperti email.

Walau kerapkali dianggap remeh, Friendster hacking mengandung tingkat bahaya yang cukup tinggi, dikarenakan kebiasaan para pengguna Internet yang tergolong “awam” yang kerapkali menggunakan password yang sama untuk setiap account yang mereka miliki di Internet, baik berupa email, atau mungkin paypal.com (Online Money Transfer), ebay dan berbagai layanan internet lainnya, dikarenakan budaya ‘takut lupa password’.

Hal-hal yang bisa terjadi dikarenakan Friendster hacking adalah :

ü Pencemaran nama baik

ü Pengambilalihan kepemilikan layanan di Internet

ü Masuknya virus ke komputer

ü Kerugian finansial

Memang tidak semua para pengguna Friendster di Indonesia memiliki account di layanan-layanan yang berhubungan dengan finansial seperti paypal dan ebay, tetapi dikarenakan kebanyakan pengguna Friendster adalah anak muda yang masih “awam” dalam dunia Internet. Mereka bisa saja menggunakan nama orang tua mereka di Friendster baik itu disengaja maupun tidak karena bisa saja ada teman yang mengirim comment dengan menyebut nama orang tua atau mungkin memang menyebutkan nama orang tua di “maiden name”. Ini adalah tindakan yang bisa saja dimanfaatkan penyerang untuk memakai nama orang tua mereka di Internet, bisa saja mereka menggunakan kartu kredit atas nama orang tua mereka.

Kejadian yang paling sering terjadi di layanan Frienster adalah pencemaran nama baik, yaitu dengan cara pengambilalihan account di Friendster atau mungkin cuma sekedar log in dengan memanfaatkan cookies.

Beriku ini adalah trik-trik yang bisa dilakukan oleh penyerang :

ü Flash Exploit.

Testimonial adalah celah keamanan pertama bagi Friendster. Cara yang dilakukan tidaklah sulit, cukup dengan membuat file flash yang mengandung Script yang memaksa siapapun untuk melakukan perintah Script tersebut.

ü Halaman Login Palsu

Trik ini disebut phishing, yaitu dengan menggunakan HTML Embed dan Flash yang disinyalir sebagai salah satu contoh metode Cross Site Scripting. Penyerang menyisipkan script halaman login Frienster palsu yang sama persis dengan halaman login Friendster yang aslipada profil penyerang dan bisa juga dengan mengirimkan testimonial pada korban yang bertujuan agar me-redirect halaman semula ke halaman login palsu. Dan mengharapkan agar si korban terjebak dengan mengisikan username dan passwordnya ke halaman login palsu itu.

ü Pencurian Cookie

Pada kasus ini penyerang hanya bisa login ke account korban namun penyerang tidak mengetahui password korban karena penyerang login dengan menggunakan cookies curian.


Dampak Sosial dari Social Network Business

Berbasis web layanan jaringan sosial memungkinkan untuk menghubungkan orang-orang yang berbagi minat dan aktivitas di, ekonomi, dan geografis perbatasan politik. Melalui e-mail dan pesan instan, komunitas online yang dibuat di mana ekonomi hadiah dan altruisme timbal balik didorong melalui kerjasama . Informasi ini sangat cocok untuk hadiah ekonomi , sebagai informasi adalah nonrival baik dan dapat berbakat di praktis tanpa biaya.
Facebook dan lainnya alat jaringan sosial semakin objek penelitian ilmiah. Sarjana di berbagai bidang mulai untuk menyelidiki dampak dari situs jejaring sosial, menyelidiki bagaimana situs tersebut dapat bermain dalam isu-isu identitas , privasi , modal sosial , budaya pemuda , dan pendidikan.

Beberapa situs mulai memanfaatkan kekuatan model jejaring sosial untuk filantropi . model seperti itu menyediakan sarana untuk menghubungkan dinyatakan industri terfragmentasi dan organisasi kecil tanpa sumber daya untuk menjangkau khalayak yang lebih luas dengan pengguna yang berminat. Jaringan sosial menyediakan cara yang berbeda bagi individu untuk berkomunikasi secara digital. Komunitas ini hypertexts memungkinkan untuk berbagi informasi dan ide-ide, suatu konsep lama yang ditempatkan di lingkungan digital.



CORPORATE INFORMATION MANAGEMENT



Manajemen kantor administratif, mirip dengan manajemen informasi, menjadi bidang kerja dinamis yang terdiri dari sistem administrasi, proses data, reprografis, proses kata, manajemen data, telekomunikasi dan mikrografis. Perubahan yang membawa pandangan baru dunia kantor memberi spesialisasi untuk banyak pekerja dan perlunya manajer kantor administrasi yang memiliki pengetahuan yang luas.

Bagi banyak orang, kantor merupakan tempat korespondensi, persiapan formulir dan laporan, penyimpanan data, dan berkas oleh juru ketik, sekretaris, arsiparis, petugas pemberkasan, operator mesin, supervisor dan manajer. Latar di atas sering melibatkan produk fisik – surat, memorandum, dan laporan yang ditulis; pernyataan dan nota yang disiapkan; catatan dan rekaman; lemari berkas yang berisi salinan arsip. Kantor ini ada wujudnya, tapi bagi mahasiswa manajemen perkantoran administratif, ini merupakan gambaran umum sebuah kantor.
Berbeda dengan kantor dulu, dunia kantor sekarang terus berkembang. Latarnya lebih luas, tergantung pada sistem mesin elektronik yang mempengaruhi organisasi. Dunia kantor baru, tidak menekankan pada data atau formulir, tapi pada informasi. Bukan pada mesin, tapi pada sistem dimana mesin dan pegawai berfungsi.


Manajemen informasi perusahaan adalah proses dari :
1) Membuat rasa Strategis ( Strategic sense making )
Korporasi menghadapi massa informasi yang dihasilkan luar informasi. Sebuah kekayaan potensi untuk mengidentifikasi tren perubahan, penting bagi organisasi, yang tersembunyi dalam berbagai sumber informasi eksternal. manajemen informasi perusahaan bertugas untuk mengidentifikasi kredibel dan relevan sumber informasi eksternal dan membangun sistem rasa dan respon yang memungkinkan tren bisnis melacak dan memberikan informasi yang diinterpretasikan untuk respon tindakan yang tepat.

2) Perencanaan untuk kebutuhan masa depan (Planning for future needs )
Perubahan telah menjadi bagian dari bisnis normal. Sebagian besar perusahaan korporasi memiliki berbagai proyek mendorong inisiatif bisnis baru. Ketika sebuah proyek mengubah cara bisnis melakukannya hampir selalu menyiratkan bahwa akan ada kebutuhan informasi baru. Sebuah proses bisnis baru yang perlu dipantau dan informasi yang diperlukan untuk mendukung pengambilan keputusan. inisiatif baru selalu membawa dengan mereka elemen risiko. Kunci keberhasilan pelaksanaan inisiatif strategis adalah untuk merencanakan terlebih dahulu untuk memenuhi kebutuhan informasi baru.

3) Meningkatkan nilai utilitas informasi yang tersedia (Increasing the utility value of available information)
Bisnis adalah didukung oleh siklus hidup informasi. Informasi persyaratan yang mendefinisikan, informasi ditangkap, informasi didistribusikan ke titik kebutuhan dan akhirnya informasi tersebut didistribusikan ke titik pengambilan keputusan. Nilai utilitas informasi didasarkan pada apakah informasi yang meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses operasional. Utility sering merupakan fungsi dari relevansi, akurasi, kelengkapan dan ketepatan waktu dengan mana informasi ini tersedia di titik kebutuhan. Nilai utilitas informasi Namun lebih dari relevansi, dll akurasi karena juga tergantung pada seberapa baik orang dilengkapi untuk menggunakan informasi. manajemen informasi perusahaan harus memastikan bahwa proses berada di tempat untuk memastikan bahwa kualitas tinggi lahan informasi di tangan orang-orang berkualitas tinggi. Dalam ini bertujuan perbedaan antara Teknologi Informasi dan sumber daya manusia mengaburkan. Pada dasarnya manajemen informasi perusahaan menjamin proses bisnis dialog perbaikan berkesinambungan antara bisnis dan Teknologi Informasi untuk memastikan informasi yang tepat tersedia untuk mengamankan ia kelancaran proses bisnis.

4) Menghilangkan informasi yang berlebihan (Eliminating redundant information )
Kutukan dari era informasi adalah kelebihan informasi. Di hampir setiap organisasi masih ada perangkat lunak modul berjalan dan membuat laporan yang tidak ada orang yang tertarik dalam manajemen informasi perusahaan harus mengidentifikasi informasi apa yang benar-benar dibutuhkan dalam bisnis ini dan informasi apa yang seharusnya tidak lagi diberikan.Dengan sengaja mengelola dari sumber-sumber informasi yang telah menjadi berlebihan biaya teknologi informasi dapat dikurangi tajam.

5) Memastikan kepatuhan terhadap undang-undang (Ensuring compliance to legislation)
Legislasi adalah penangkapan dengan kekhasan era informasi. Legislasi menuntut bahwa suatu perusahaan melindungi informasi klien terhadap penyalahgunaan. undang-undang lainnya adalah di tempat untuk mengamankan hak pemegang saham untuk memiliki akses ke informasi yang berkualitas untuk membuat keputusan investasi. manajemen informasi perusahaan harus terus-menerus menginterpretasikan persyaratan hukum dan memastikan bahwa semua langkah berada di tempat untuk memastikan kepatuhan terhadap undang-undang.

6) Meningkatkan laba atas investasi di teknologi informasi (Increase the return on investment in information technologies )
Pengembalian investasi menunjukkan peningkatan jumlah pendapatan yang dihasilkan, penurunan biaya teknologi informasi dan pengurangan risiko bisnis. manajemen informasi perusahaan memastikan bahwa setiap potensi sumber daya teknologi informasi adalah sepenuhnya dieksploitasi oleh bisnis. Sebuah value driver utama bagi manajemen informasi perusahaan adalah untuk mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh informasi di perusahaan dengan memastikan bahwa informasi yang cukup terlindung dari penyalahgunaan dan pelecehan.